Jumat, 02 Oktober 2015

ALIF DALAM HIJAIYAH PERJALANANKU (COPAS)

http://halimahalaydrus.blogspot.co.id/2011/03/alif-dalam-hijaiyah-perjalananku.html


Lelaki tua itu kutemu dalam jejak langkah takdirku menelusuri masa, 
di tahun-tahun pertama pesantrenku di bagian timur daerah jawa. 
Kakak lelakiku yang entah dengar tentang dia dari siapa membawaku menemuinya 
di sebuah rumah tua sederhana yang tak kuingat benar di mana tepatnya ia berada.

"Dia itu seorang wali"  Kata kakakku di perjalanan menuju rumah itu

"Wali itu apa, kak?" Tanyaku tak mengerti

"Orang yang punya keramat, begitulah.." Jawabnya singkat saja

"Keramat itu apa, kak?" Tanyaku masih tak mengerti

"Bisa melakukan yang orang biasa tidak bisa melakukannya"

"Seperti apa, kak?" Tanyaku lagi

"Seperti mengetahui masa depan seseorang"

"Kayak dukun ya, kak?" Kataku sok mengerti


"Bukan, bukan dukun... Kalau dukun itu dibantu jin atau syetan. Kalau wali itu diberi kelebihan oleh Allah"


"Owh..." Aku berusaha mengerti.

"Tapi dari mana kita tahu kalau kelebihannya itu dari Allah dan bukan dibantu jin atau syetan, kak?" Tanyaku lagi

"Hmmm.. Ya... Aku juga tidak tahu.." Jawabnya mulai bingung

"Setidaknya begitu yang aku dengar dari banyak orang, dia itu wali yang zuhud!"

"Zuhud itu apa kak?" Tanyaku  lagi

"Orang yang menolak dunia, begitulah" Jawabnya yang sepertinya juga  tak cukup mengerti.

Kabarnya dulu dia pernah dihadiahi bupati uang satu koper penuh karena menyembuhkan anak gadisnya dari penyakit gila. Namun uang sekoper tersebut hangus jadi abu karena dia menyulutkan pemantik api dihadapan si bupati. Seraya berkata:

"Uang rakyat yang kau pakai untuk kepentinganmu sendiri hanya akan membawamu kepada api".

 

Sejak itu orang-orang bilang bahwa dia itu wali yang zuhud"

"Oowh.. Seperti wali-wali songo zaman dulu itu ya, kak? Yang menyebarkan agama islam dan menolak upeti-upeti dari penguasa?"

Kakakku mengangguk.

"Dan dia itu aneh.." Tambahnya lagi

Giliran aku kini yang mengangguk. Bukan karena aku mengerti keanehannya tapi setidaknya itu adalah satu-satunya kata yang aku tahu benar artinya. Dan juga kudapati kebenarannya ketika aku sudah berada di rumah sederhana bertembok bambu itu.

Seorang lelaki tua yang aneh..

Tepat seperti itu aku menilainya sebab dia berkemeja rapi bahkan memakai jas tapi baju bagian bawahnya sarung lusuh, berpeci putih bersih tapi rambutnya terlihat kelabu dan awut-awutan panjang sebahu, dan sepertinya dia tak pernah mengenakan sandal hingga kakinya kulihat sangat berdebu.

Kakakku mengajaknya bicara entah apa, aku tak tertarik mendengarkannya sebab aku sibuk sendiri dengan pemikiran dan penilaian-penilaianku tentang dirinya. Aku pandangi lelaki tua itu dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Sebuah perpaduan paling aneh yang pernah kulihat untuk penampilan seorang kyai.

Kyai??

Ya, begitulah..

Meski tak tepat betul penyebutannya sebagai seorang kyai, sebab orang seaneh itu tak bisa kubayangkan memiliki santri, tapi kakakku memanggilnya begitu, dan aku tanpa berani protes mengikuti jejaknya.

Lalu tiba-tiba

"K a m u.....!!!!" Ujar lelaki tua itu memanggilku sambil matanya menatapku sungguh-sungguh. Membuyarkan pikiranku dari semua lamunan dan membuatku terjebak antara ketakutan dan kebingungan.

"Kamu suka belajar agama islam, ya?" Tanyanya.

Akupun mengangguk.

Dan diapun kini menatapku dari atas kerudung sampai kaos kakiku. Membuatku jadi salah tingkah dan serba salah.

Lantas dia berkata tanpa kutanya :

"Kamu akan belajar agama islam dari orang nomor satu di dunia"

mendengar ucapannya yang tak terduga aku merasa aneh tapi juga bahagia, takut tapi juga senang luar biasa.

Belajar islam dari orang nomor satu di dunia? Wow.. Hebat sekali kedengarannya. Meski tak yakin benar dengan yang kudengar tentangnya tapi apa yang dia ucapkan ingin aku percaya. 

Belajar islam dari orang no satu di dunia ??.



Waaaah hebat sekali, bukan??..


Siapakah gerangan dirinya dan dimanakah dia berada?

Pikiran kecilku kala itu tak henti-hentinya berpikir sendiri. Hingga langkah kakiku menjauh dari rumah itu, aku masih saja memikirkan ucapannya.


Dan sejak hari itu aku menunggu..


Menunggu sesuatu dalam hidupku...


Sesuatu yang aku mau..


Belajar dari orang nomor satu..


Hingga disinilah aku..


Tujuh tahun berselang dari waktu itu...

===============BERSAMBUNG======================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar