http://halimahalaydrus.blogspot.co.id/2011/03/alif-dalam-hijaiyah-perjalananku.html
Lelaki tua itu kutemu dalam jejak langkah takdirku menelusuri masa,
di tahun-tahun pertama pesantrenku di bagian timur daerah jawa.
Kakak lelakiku yang entah dengar tentang dia dari siapa membawaku menemuinya
di sebuah rumah tua sederhana yang tak kuingat benar di mana tepatnya ia berada.
Sesuatu yang aku mau..
Belajar dari orang nomor satu..
Hingga disinilah aku..
Tujuh tahun berselang dari waktu itu...
Lelaki tua itu kutemu dalam jejak langkah takdirku menelusuri masa,
di tahun-tahun pertama pesantrenku di bagian timur daerah jawa.
Kakak lelakiku yang entah dengar tentang dia dari siapa membawaku menemuinya
di sebuah rumah tua sederhana yang tak kuingat benar di mana tepatnya ia berada.
"Dia itu seorang wali" Kata kakakku di perjalanan menuju rumah itu
"Wali itu apa, kak?" Tanyaku tak mengerti
"Orang yang punya keramat, begitulah.." Jawabnya singkat saja
"Keramat itu apa, kak?" Tanyaku masih tak mengerti
"Bisa melakukan yang orang biasa tidak bisa melakukannya"
"Seperti apa, kak?" Tanyaku lagi
"Seperti mengetahui masa depan seseorang"
"Kayak dukun ya, kak?" Kataku sok mengerti
"Bukan, bukan dukun... Kalau dukun itu dibantu jin atau syetan. Kalau wali itu diberi kelebihan oleh Allah"
"Owh..." Aku berusaha mengerti.
"Kayak dukun ya, kak?" Kataku sok mengerti
"Bukan, bukan dukun... Kalau dukun itu dibantu jin atau syetan. Kalau wali itu diberi kelebihan oleh Allah"
"Owh..." Aku berusaha mengerti.
"Tapi dari mana kita tahu kalau kelebihannya itu dari Allah dan bukan dibantu jin atau syetan, kak?" Tanyaku lagi
"Hmmm.. Ya... Aku juga tidak tahu.." Jawabnya mulai bingung
"Setidaknya begitu yang aku dengar dari banyak orang, dia itu wali yang zuhud!"
"Zuhud itu apa kak?" Tanyaku lagi
"Orang yang menolak dunia, begitulah" Jawabnya yang sepertinya juga tak cukup mengerti.
Kabarnya
dulu dia pernah dihadiahi bupati uang satu koper penuh karena
menyembuhkan anak gadisnya dari penyakit gila. Namun uang sekoper
tersebut hangus jadi abu karena dia menyulutkan pemantik api dihadapan
si bupati. Seraya berkata:
"Uang rakyat yang kau pakai untuk kepentinganmu sendiri hanya akan membawamu kepada api".
Sejak itu orang-orang bilang bahwa dia itu wali yang zuhud"
"Uang rakyat yang kau pakai untuk kepentinganmu sendiri hanya akan membawamu kepada api".
Sejak itu orang-orang bilang bahwa dia itu wali yang zuhud"
"Oowh.. Seperti wali-wali songo zaman dulu itu ya, kak? Yang menyebarkan agama islam dan menolak upeti-upeti dari penguasa?"
Kakakku mengangguk.
Kakakku mengangguk.
"Dan dia itu aneh.." Tambahnya lagi
Giliran
aku kini yang mengangguk. Bukan karena aku mengerti keanehannya tapi
setidaknya itu adalah satu-satunya kata yang aku tahu benar artinya. Dan
juga kudapati kebenarannya ketika aku sudah berada di rumah sederhana
bertembok bambu itu.
Seorang lelaki tua yang aneh..
Tepat
seperti itu aku menilainya sebab dia berkemeja rapi bahkan memakai jas
tapi baju bagian bawahnya sarung lusuh, berpeci putih bersih tapi
rambutnya terlihat kelabu dan awut-awutan panjang sebahu, dan sepertinya
dia tak pernah mengenakan sandal hingga kakinya kulihat sangat berdebu.
Kakakku
mengajaknya bicara entah apa, aku tak tertarik mendengarkannya sebab
aku sibuk sendiri dengan pemikiran dan penilaian-penilaianku tentang
dirinya. Aku pandangi lelaki tua itu dari ujung rambut sampai ke ujung
kaki. Sebuah perpaduan paling aneh yang pernah kulihat untuk penampilan
seorang kyai.
Kyai??
Ya, begitulah..
Meski
tak tepat betul penyebutannya sebagai seorang kyai, sebab orang seaneh
itu tak bisa kubayangkan memiliki santri, tapi kakakku memanggilnya
begitu, dan aku tanpa berani protes mengikuti jejaknya.
Lalu tiba-tiba
"K
a m u.....!!!!" Ujar lelaki tua itu memanggilku sambil matanya
menatapku sungguh-sungguh. Membuyarkan pikiranku dari semua lamunan dan
membuatku terjebak antara ketakutan dan kebingungan.
"Kamu suka belajar agama islam, ya?" Tanyanya.
Akupun mengangguk.
Dan diapun kini menatapku dari atas kerudung sampai kaos kakiku. Membuatku jadi salah tingkah dan serba salah.
Lantas dia berkata tanpa kutanya :
Lantas dia berkata tanpa kutanya :
"Kamu akan belajar agama islam dari orang nomor satu di dunia"
mendengar ucapannya yang tak terduga aku merasa aneh tapi juga bahagia, takut tapi juga senang luar biasa.
Belajar
islam dari orang nomor satu di dunia? Wow.. Hebat sekali kedengarannya.
Meski tak yakin benar dengan yang kudengar tentangnya tapi apa yang dia
ucapkan ingin aku percaya.
Belajar islam dari orang no satu di dunia ??.
Waaaah hebat sekali, bukan??..
Siapakah gerangan dirinya dan dimanakah dia berada?
Pikiran kecilku kala itu tak henti-hentinya berpikir sendiri. Hingga langkah kakiku menjauh dari rumah itu, aku masih saja memikirkan ucapannya.
Belajar islam dari orang no satu di dunia ??.
Waaaah hebat sekali, bukan??..
Siapakah gerangan dirinya dan dimanakah dia berada?
Pikiran kecilku kala itu tak henti-hentinya berpikir sendiri. Hingga langkah kakiku menjauh dari rumah itu, aku masih saja memikirkan ucapannya.
Dan sejak hari itu aku menunggu..
Menunggu sesuatu dalam hidupku...
Menunggu sesuatu dalam hidupku...
Sesuatu yang aku mau..
Belajar dari orang nomor satu..
Hingga disinilah aku..
Tujuh tahun berselang dari waktu itu...
===============BERSAMBUNG======================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar