Kamis, 27 Agustus 2015

mu’jizat sayyidina Muhammad (mengalirnya air di bawah jari-jari beliau)

Sampailah kita pada hadits luhur akan mu’jizat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang telah disampaikan oleh sayyidina Anas bin Malik RA, dimana suatu hari ketika telah masuk waktu shalat Asar dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersama para sahabat berada dalam perjalanan, dalam 2 riwayat yang lain yang terdapat di Shahihul Bukhari disebutkan bahwa peristiwa itu terjadi di wilayah Hudaibiyah, maka ketika itu para sahabat mencari air untuk berwudhu namun tidak mereka dapatkan, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meminta bejana air dan menaruhkan tangan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam ke dalam bejana air itu sehingga mengalirlah air dari bawah jari-jari beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dengan derasnya, kemudian para sahabat berwudhu’ dengan air itu. Disebutkan dalam riwayat yang lain dalam Shahihul Bukhari bahwa ketika dalam perjalanan itu (Dalam perjanjian Hudaibiyyah) mereka berjumlah 1500 orang dan mereka semua menggunakan air itu untuk minum dan berwudhu, dan dikatakan oleh periwayat hadits bahwa meskipun jumlah orang di saat itu adalah 100.000 pastilah air tesebut tetap mencukupi mereka karena air itu terus mengalir dari jari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dalam hadits ini tersimpan makna bahwa ketika ummat dalam kesulitan dan kesusahan maka sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak akan hanya diam dan membiarkan mereka. Para pecinta sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga akan dicintai oleh beliau shallallahu ’alaihi wasallam, dengan diberi syafaat oleh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam di dunia dan di akhirat . Syafaat Rasulullah terjadi di dunia sebagaimana kisah dalam riwayat yang tadi kita baca. Begitupula sebagaimana yang telah teriwayatkan ketika terjadi peperangan Badr salah seorang sahabat, sayyidina Ibn Afra’ yang ketika itu tangannya terpotong dalam peperangan, maka dengan kesakitan ia membawa potongan tangannya kehadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyambungkan kembali potongan tangannya itu lantas tangan itu pun tersambung seperti semula tanpa ada bekas luka sedikit pun. Hal yang terjadi seperti ini, jika kita mengatakan hanyalah kekhususan para sahabat, maka hal itu berarti kita membatasi kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, akan tetapi kedermawanan beliau berlaku untuk semua ummat beliau terlebih lagi para pecinta beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana yang telah difirmankan Allah subhanahu wata’ala:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
( التوبة : 128 )
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”. ( QS. At Taubah : 128 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar