Sampailah
kita pada hadits luhur akan mu’jizat sayyidina Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam, yang telah disampaikan oleh sayyidina Anas bin Malik
RA, dimana suatu hari ketika telah masuk waktu shalat Asar dan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersama para sahabat berada
dalam perjalanan, dalam 2 riwayat yang lain yang terdapat di Shahihul
Bukhari disebutkan bahwa peristiwa itu terjadi di wilayah Hudaibiyah,
maka ketika itu para sahabat mencari air untuk berwudhu namun
tidak mereka dapatkan, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
meminta bejana air dan menaruhkan tangan beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam ke dalam bejana air itu sehingga mengalirlah air dari bawah
jari-jari beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dengan derasnya, kemudian
para sahabat berwudhu’ dengan air itu. Disebutkan dalam riwayat yang
lain dalam Shahihul Bukhari bahwa ketika dalam perjalanan itu (Dalam
perjanjian Hudaibiyyah) mereka berjumlah 1500 orang dan mereka semua
menggunakan air itu untuk minum dan berwudhu, dan dikatakan oleh
periwayat hadits bahwa meskipun jumlah orang di saat itu adalah 100.000
pastilah air tesebut tetap mencukupi mereka karena air itu terus
mengalir dari jari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dalam hadits ini tersimpan makna bahwa ketika ummat dalam kesulitan dan
kesusahan maka sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak akan hanya
diam dan membiarkan mereka. Para pecinta sayyidina Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam juga akan dicintai oleh beliau shallallahu ’alaihi
wasallam, dengan diberi syafaat oleh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
di dunia dan di akhirat . Syafaat Rasulullah terjadi di dunia
sebagaimana kisah dalam riwayat yang tadi kita baca. Begitupula
sebagaimana yang telah teriwayatkan ketika terjadi peperangan Badr salah
seorang sahabat, sayyidina Ibn Afra’ yang ketika itu tangannya
terpotong dalam peperangan, maka dengan kesakitan ia membawa potongan
tangannya kehadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyambungkan kembali potongan
tangannya itu lantas tangan itu pun tersambung seperti semula tanpa ada
bekas luka sedikit pun. Hal yang terjadi seperti ini, jika kita
mengatakan hanyalah kekhususan para sahabat, maka hal itu berarti kita
membatasi kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, akan
tetapi kedermawanan beliau berlaku untuk semua ummat beliau terlebih
lagi para pecinta beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana yang
telah difirmankan Allah subhanahu wata’ala:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
( التوبة : 128 )
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”. ( QS. At Taubah : 128 )
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
( التوبة : 128 )
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”. ( QS. At Taubah : 128 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar